Tamasya ke Bumi Langit

Beberapa hari lalu kami berkunjung ke eco-farm Bumi Langit. Tempat ini terletak di Desa Giriloyo, Imogiri, berada di atas bukit. Sejujurnya saya orang skeptik atau mungkin pemahaman saya sedikit berbeda dengan orang Indonesia, karena itu saya bingung saya suka tempat ini atau tidak. Sekarang saya bercerita sedikit tentang tamasya itu dan tentang kebingungan saya. Waktu kami baru datang ke sana, kami menikmati pemandangan yang bagus dari warung Bumi Langit. Yogyakarta berada jauh dari kami, langit biru bilang musim hujan segera selesai dan matahari konformasi ini. Waktu semua beristirahat setelah perjalanan dari UNY dan mengambil foto, buruh warung Bumi mempersiapkan semua untuk menyambut tamu baru. Mereka beri kepada kami kefir dan roti yang bagus seperti di Rusia (tetapi sebenarnya tanpa selai roti itu lebih enak, karena di Rusia kami tidak makan roti hitam atau abu-abu dengan sesuatu manis). Setelah itu tamasya kami dimulai. Pemandu kami adalah anak pendiri yang bernama Krishna. Dia bercerita bagaimana tempat ini didirikan oleh keluarganya.

Waktu mereka datang ke bukit ini, tempat itu seperti dari batu dan pohon bambu saja tanpa rumput, pohon lain yang bisa beri buah-buahan dan dan sebagainya. Saya bingung tetapi kenapa orang memilih tempat susah untuk petani? Lalu ayah Krishna dan juga pendiri tempat ini yang bernama Iskandar Wawo Runtu bercerita bahwa alasan bukan pemandangan yang bagus atau tempat lebih dingin, tetapi dia sendiri merasa kalau masalah tempat itu ada unsur takdir. “Takdir bagaimana saya harus di sini, jadi sebetulnya jika kami di tropik dimanapun kami mau bertani itu kami beruntung dan tidak seperti di Rusia ada musim dingin yang panjang sekali, jadi di sini untuk menyuburkan tanah kembali itu butuh 1 tahun. Kami bisa menyuburkan tanah kembali lebih mudah”.

Krishna menunjukkan semua wilayah farm itu. Kami bisa melihat bagaiamana orang bekerja di tanah, bagaimana peduli tentang hewan, bagaimana mengumpulkan hasil panen, bagaimana menciptakan gas dari kotoran orang dan sapi. Dalam beberapa hal kami sedikit bingung. Hal yang paling aneh merupakan memberi makanan kepada ayam dari “sampah tetangga dan daun pohon serta rumput”. Jika ayam makan sampah, bagaiamana kita bisa yakin bahwa ayam itu sehat. Ayam makan sampah, kita akan makan ayam yang makan sampah, berarti itu tidak sehat. Mungkin saya tidak mengerti Krishna, tetapi setelah itu skeptisisme saya menjadi lebih besar. Hal kedua adalah tentang kotoran orang. Krishna bilang kotoran itu tidak bau dan memberi gas bagus jika orang makan makanan sehat. Saya tidak bisa berdebat dengan itu. Tetapi semua mahasiswa lihat Krishna itu merokok, hal itu juga mempengaruhi organisme kita, berarti kotoran dan gas itu tidak begitu bagus bagaimana orang dari farm itu bilang. Setelah itu saya menjadi tidak begitu tertarik dalam tamasya ini.

Tetapi saya orang yang belajar sejarah Indonesia karena itu saya masih tertarik bagaimana tempat itu didirikan, alasan apa dan orang dari farm itu mengikuti filosofi apa. Saya orang beruntung karena saya bisa berbicara dengan pendiri dan anaknya. Bapak Iskandar cerita kepada saya bahwa dia pindah ke Jogja tahun 2001 dari Bali. Dia juga punya farm di Bali. Bapak Iskandar mengatakan bahwa dia selalu menjadi orang yang tidak senang hidup dengan sistem bertani Indonesia dan dia sudah menjadi petani hampir 40 tahun dalam hidupnya. “Tetapi journey saya di bumi langit ini sebetulnya lebih dalam rangka menjadikan pengalaman tentang hidup spiritualisme” – tambahkan pendiri Bumi Langit. Krishna bercerita bahwa mereka membuat rumput dan tanah untuk tanaman dari batu serta membagi filosopi tempat ini dengan saya. Krishna mengkonfirmasikan ide spiritualisme dari ayahnya: “Sebenarya kami ingin membuat alternative lifestyle tetapi berdasarkan pemahaman spiritualisme, dan kebetulan spritualisme di sini dominan orang-orang muslim, di mana kembali membuat interpertasi dan komitmen dalam konteks spiritualisme islam manusia dengan alam”. Tetapi saya bingung karena speritualisme saja tidak bisa menjadi alasan untuk menciptakan tempat itu. Saya perlu alasan lebih kuat. Sepertinya mereka mengerti kebingungan saya dan mencoba bercerita kejadian lebih lengkap. “Kami ketahui bahwa semua manusia dalam hidup menjadi pragmenter, suatu secara holistik secara menyeluruh, manusia semakin hari semakin pintar tetapi hanya melihat sesuatu yang detail, tidak bisa melihat besarannya. Seperti ada message untuk kita mengerti bahwa semua yang diciptakan di bumi ini atau di alam ini supaya kita meihat penciptanya, apa dan kenapa dia menciptakan” – kata Bapak Iskandar. Mereka juga menjelaskan kepada saya bahwa mereka sudah membuat yayasan supaya bisa mempunyai manfaat lebih besar.

Saya berterima kasih kepada Bapak Iskandar dan Krishna karena mereka memberi banyak informasi yang menarik dan sepertinya historis. Informasi yang penting untuk saya sebagai orang yang belajar sejarah Indonesia. Pembicaraan ini menjadi bermanfaat dan berguna serta bisa mengoreksi impresi saya setelah pikiran yang mencurigakan. Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa perjalanan ini ke Bumi Langit mempunyai kekuatan dan kelemahan. Mungkin saya terlalu banyak berpikir dan harus bersantai dan mendapat kesenangan? Tetapi hari ini pendapat saya begitu saja. Eco-farm di Rusia merupakan pemahaman berbeda, karena itu saya dipaksa untuk membandingkan dan bilang Bumi Langit punya sesuatu yang tidak terlalu ekologis.

 

Irina Khatuntseva, Rusia Peserta Darmasiswa 2015 Kelas Lanjut